Jumat, 02 Desember 2011

Pelajaran Teologi Alkitab


Tugas Teolog Alkitab
Tugas dari teolog Alkitab adalah mendapat dan membangun suatu gambaran lengkap mengenai wahyu Yahwe. Menulis teologi yang memuaskan menuntut pengelompokan ide teologis tertentu yang didapat melalui eksegesis kedalam kategori universal. Prosesnya melibatkan penemuan tema pemersatu diseluruh Perjanjian Lama dan meletakan dasar bagi Perjanjian Baru. Itu merupakan proses yang dimulai dengan eksegesis bagian tertentu dalam mencari kategori teologis dari penulis itu sendiri dan berlanjut dengan menghubungkan seluruh penemuan eksegesis diseluruh Alkitab. Maka dari itu, apa yang dilakukan dalam sebuah bagian atau satu kitab hanyalah sebuah permulaan.
Saat bagian-bagian PL tertentu seluruhnya telah dianalisa teologi Alkitabnya, tugas berikut adalah menulis suatu teologi Perjanjian Lama. Hal ini jelas merupakan proyek seumur hidup. Tapi dalam mengerjakannya kita harus ingat:
1. Hal ini meliputi seluruh Perjanjian Lama (maka dari itu, teolog harus menghindari pemilihan seenaknya atau pengujian teks yang tidak bisa dipertanggung jawabkan);
2. Kategori, tema, dan pikiran penyatu haruslah sekonsisten mungkin dengan kategori yang ada dalam pikiran para penulis Perjanjian Lama; dan
3. Karena wahyu terbungkus dalam proses historis suatu wahyu progresif, berkembang-tema-temanya harus dikembangkan secara progresif (substansi dari teologi adalah perkembangan histories dari Yahwism).
Setelah teologi Perjanjian Lama telah diartikulasi dengan seksama, berikutnya harus dikorelasikan dengan Perjanjian Baru. Untuk membuat korelasi ini, berkaitan dengan eksegesis teks Perjanjian Lama yang sulit sekali, eisegesis dan pengujian teks yang naf kelihatannya lebih menggiurkan. Untuk mewaspadai hal itu, atau menafsirkan sebuah bagian secara tidak seharusnya, pada awalnya harus menentukan teologi Alkitab dari bagian itu didalam teologi Perjanjian Lama.
Saat anda mulai mengeksegesis dan menguraikan Perjanjian Lama, anda mulai mengembangkan ide teologis. Seminari memberikan anda kerangka teologis dan biblical sehingga anda bisa bekerja secara baik sejak awal, walaupun anda tidak bisa mengeksegesis Perjanjian Lama dan mengakhiri teologi anda sebelum mulai melayani. Tapi saat anda belajar dan mengajar, anda harus menjaga batasan teologi Alkitab ini sebelumnya agar anda menyadari kategori teologis yang lebih luas dan mampu menghindari eisegesis. Maka, selama pelayanan anda bisa memperbaharui dan menyesuaikan kategori teologi umum anda.


Dasar Preposisional
Pendahuluan
Mengenai peran dari presuposisi, R. A. F. MacKenzie menulis:
Sangat ilmiahdalam pengertian rasionalsitikobjektifitas tidak terlalu mampu menangkap, apalagi mengeksploitasi, nilai religius dari Alkitab. Maka awalnya harus ada komitmen, pengakuan iman akan asal mula ilahi dan otoritas dari buku ini, barulah orang percaya bisa dengan benar dan mendapat keuntungan menerapkan seluruh teknik ilmiah, tanpa melanggar autonomi atau mengkhianati ideal ilmiahnya (The Concept of Biblical Theology, TT 4 [1956]:134).
Pernyataan seperti itu memiliki dasar dalam pengajaran Alkitab sendiri; lihat I Korintus 2:10-16; 1 Thessalonians 1:5; dan terutama I Thessalonians 2:13: sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi -- dan memang sungguh-sungguh demikian -- sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.
Cornelius Van Til juga menegaskan bahwa seorang apologet sejati awalnya harus bermula dari presuposisi Allah tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus berbicara kepadanya dengan otoritas absolut dalam Alkitab (The Defense of the Faith, p. 179).
Presuposisi
Tuhan Ada. Presuposisi Tuhan ada merupakan fondasi seluruh teologi.. A. B. Davidson menulis,
Posisinya berada jauh didepan. Bagaimana manusia bisa menentang kalau Tuhan itu bisa dikenal, saat mereka terbujuk mengenal Dia, saat mereka bersekutu denganNya, saat kesadaran dan seluruh pikiran mereka dipenuhi dengan pikiran mengenai Dia, dan saat melalui RohNya Dia menggerakan mereka, dan mengarahkan keseluruhan sejarah mereka? (The Theology of the Old Testament, p. 13).
Christopher R. North menjelaskan,
Hal ini jelas bukan abstrak pada awal mulanya, suatu produk dari intelek abstrak. Ajaran Perjanjian Lama mengenai Tuhan adalah respon orang Ibrani terhadap Tuhan yang hadir dalam krisis, menyelamatkan, dan dalam bencana bangsa selama ratusan tahun sejarah mereka (The Thought of the Old Testament: Three Lectures, p. 24).
Jadi para penulis Perjanjian Lama tidak pernah merasa terdorong untuk membuktikan keberadaan Tuhan. KeberadaanNya tidak pernah mereka pertanyakan; hanya orang bodoh yang bisa berkata, Tidak ada Tuhan (Ps. 14:1; 53:2; Job 2:10). Keberadaan Tuhan merupakan satu-satunya hal yang memberikan stabilitas bagi segala hal lainnya.
Tuhan Menyatakan Dirinya. Presuposisi kedua adalah Tuhan telah berbicara, bahwa dia membuat kehendaknya diketahui. Maka dari itu, tulisan Alkitab adalah unik. Itu bukan sekedar kumpulan teks religius dari Timur Dekat kuno. Itu bukan pinjaman terseleksi dari pendahulu dalam perkembangan ide religius. Gleason Archer berkata benar, Alkitab menuliskan kesaksian mengenai kejeniusan Ibrani dalam kemurtadan (A Survey of Old Testament Introduction, p. 135). Alkitab menulis pernyataan unik dari Tuhan yang hidup.
Walther Eichrodt menyatakannya seperti ini:
Pertama haruslah diperhatikan kalau penegakan sebuah perjanjian melalui Musa terutama sekali menekankan satu elemen dasar dari keseluruhan pengalaman Israel mengenai Allah, yaitu nature asli dari wahyu ilahi. Pernyataan Tuhan tidak dimengerti secara spekulatif, tidak dijabarkan dalam bentuk pelajaran; tapi saat dia berjumpa dalam hidup umatNya dan memberikan mereka pengetahuan akan diriNya (Old Testament Theology, I: 37).
Selain itu bisa ditambahkan perkataan dari James 1. Packer:
Natur dari pewahyuan sebagai tindakan Allah sekarang menjadi jelas. Wahyu adalah Pencipta kita dan Penopang menasihati kita untuk bisa berteman dengan kita. Kita tidak menemukan Dia; tapi, Dia menemukan kita. Dia melihat kita sebagai pemberontak melawan Dia, dengan pikiran kita dibutakan dan karakter kita dibengkokan oleh dosa, secara aktif tidak menghormati Dia dengan mengabaikan kebenaranNya dan melayani allah palsu (God Speaks to Man: Revelation and the Bible, p. 41).
Dalam mengklarifikasi presuposisi kedua harus dikatakan bahwa Tuhan menyatakan dirinya baik dalam tindakan histories dan pernyataan proposisional objektif yang bisa dianalisa secara kognitif. Kedua aspek ini menunjukan kalau pewahyuan Tuhan berlawanan dengan teologi dari Gerhard von Rad dan alirannya yang melihat sejarah sebagai titik awal iman (lihat perdebatan Vriezen terhadap von Rad dalam teologinya, pp. 188ff.). Ini juga berlawanan dengan Neo-orthodoxy yang melihat pewahyuan semata subjektif, menolak Tuhan bisa dipelajari secara objektif (lihat perdebatan Gordon Clark mengenai hal ini dalam Revelation and the Bible, edited by C. F. H. Henry, pp. 29ff.). Seluruh teologi, dan juga seluruh eksposisi, bergantung pada presuposisi bahwa Alkitab adalah wahyu Tuhan, dan peristiwa dan kata-kata yang ditulis memiliki kepentingan rohani bagi umat Allah disegala zaman.
Kita juga mengakui bahwa wahyu efektif terbatas pada tidak bisa salahnya Alkitab. Kemampuan kognitif manusia untuk mengerti wahyu ini tergantung pada kondisi rohaninya dan juga ketekunan dalam meneliti. Dia harus menggunakan metode penafsiran melalui tata bahasa, kontekstual, dan histories. Penekanan kedua Perjanjian dalam Alkitab ada pada ketekunan mempelajari Firman Tuhan, bukan berarti seseorang yang secara rohani berhubungan dengan Tuhan bisa secara alami mengerti seluruh pewahyuan.
Metode Teologi Alkitab
Pelajaran Inductive
Pelajaran teologi Alkitab haruslah induktif (walaupun induksi yang tidak lengkap). Penekanan pada pelajaran induktif artinya kategori, tema, motif, dan kesombongan harus secara eksegetis berasal dari teks Alkitab. Eksegetor harus masuk kedalam teks sebaik mungkin tanpa awalan logika, mental atau skema filosofis dan kemudian dicampur kedalamnya sehingga pengetahuan Alkitab yang dikemukakan memiliki campuran itu. Ini berlawanan dengan teologi dogmatis.
Untuk menghindari kesewenangan, pengujian teks, dan pemilihan, pandangan dasar setiap penulis kitab harus dipastikan. Dari investigasi kitab terpisah ini, tema berlanjut yang menyatukan Perjanjian Lama bisa ditemukan.
Presentasi Deduktif
Presentasi teologi Alkitab haruslah deduktif. Itu tidak hanya menceritakan kembagi bagian-bagian (seperti yang dilakukan von Rad), tapi teologi Perjanjian Lama yang teratur.
Presentasi harus mengemukakan perkembangan histories dari setiap kategori. Pertimbangan seksama harus diberikan pada saat tertentu dari wahyu ilahiberkaitan dengan pembentukan bangsa, pembentukan bangsa dibawa Musa, dan dimasa hakim-hakim, monarki, penawanan dan saat kembali. Langkah berikut dalam perkembangannya adalah hubungannya dengan Perjanjian Baru.
Pusat Teologi
Perdebatan
Ada suatu perdebatan yang terus berlanjut mengenai teologi Perjanjian Lama, terutama mengenai pusatnya. Ada orang yang menemukan kesatuan atau ide sentral teologi Perjanjian Lama, dan ada yang hanya melihat pluralitas ide.
Menyederhanakan masalah ini, kita bisa membedakan antara pandangan Eichrodt dan von Rad. Eichrodt melihat teologi dipersatukan dalam konsep perjanjian (tapi tidak mencampurnya dengan covenant theology). Dia melihat perjanjian itu sebagai hubungan Allah dengan umat manusia, masuknya kerajaan Allah dibumi (lihat pembahasan dibawah ini dalam Penggunaan Mazmur). Von Rad, sebaliknya, melihat Perjanjian Lama sebagai sekumpulan kesaksian, atau pengakuan, oleh Israel mengenai iman mereka. Maka dari itu, bagi dia pusat teologi adalah keseluruhan kumpulan kesaksian itu.
Pendekatan Eichrodt lebih memuaskan karena menyatukan ide teologis diseluruh Perjanjian Lama. Tapi kesulitan dasar yang harus dihadapi setiap orang adalah keragaman dalam Alkitab, yaitu, hubungan antar bagian terhadap keseluruhannya. Banyaknya ide dalam Alkitab menunjukan sulitnya mengusahakan satu ide sentral.
Materi Teologi
Seluruh Perjanjian Lama adalah keseluruhan materi yang harus digunakan. Begitu banyak sehingga tidak semua bisa diwakili dalam sebuah teologi. Tapi apa yang harus dipilih?
Jelas sekali, beberapa kriteria diperlukan, dan didalamnya ada subjektifitas. Materi Alkitab adalah subjek yang harus dipelajari; jika tidak ada kesatuan, kita tidak bisa menciptakannya, jika memang ada kesatuan, kita harus menemukannya.
Syarat minimun bagi teologi untuk menjadi sebuah teologi adalah masalah mengenai Tuhan. Baik kesatuan wahyu Diri Tuhan dan keragaman sejarah pengertian manusia mengenai Tuhan dan responnya terhadap Tuhan teradapat dalam karya ini. Dengan kata lain, dalam Alkitab ada ketegangan antara agama popular dan agama nubuat dan ini harus dipisahkan dalam pengertiannya. Jadi teolog harus menelusuri Alkitab untuk melihat apa yang dikatakan setiap penulis mengenai Tuhan, manusia, dan hubungan antara Allah dan umat manusia.
Kesatuan Teologi Alkitab
Elemen penyatu utama dari teologi Alkitab adalah pernyataan diri Yahwe, didukung oleh pengidentifikasian Yahwe oleh umat manusia. Keluaran 6:2,3 memberi polanya; memberikan pernyataan diri Allah bersama dengan catatan mengenai mengertinya manusia akan wahyu itu.
Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang asing.
Maka dari itu, sebuah kesatuan nyata dalam pewahyuan, tapi ada keragaman dalam cara wahyu itu diterima. Para leluhur mengenal nama itu selama Kejadian 4:26, tapi mereka tidak mengetahuinya dalam arti yang diterima generesi Musa, yaitu melalui pengalaman pemenuhan janji-janji yang dibuat kepada para leluhur. Keluaran 6:7 menegaskan arti ini dari kata kerja know, atas perkataan pada Israel yang barus menerima wahyu mengenai nama: and you shall know that I am Yahweh your God.
Keluaran 3:14-15 memiliki pengaruh yang sama:
Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
Fenomena indentifikasi mengenai Tuhanwahyu dan pengertianmengikuti Israel diseluruh sejarah.
Hal kedua yang memberi kesatuan bagi agama Israel adalah keunikan Yahwe bahwa Dia Kudus. Kekudusannya dinyatakan melalui kuasanya dan kebenarannya; dan Dia melindunginya dengan sangat. Perintah untuk tidak memiliki allah lain (Exod. 20:3) tidak memiliki analogi lain didunia kuno. Jadi perintah kedua, tidak membuat berhala (Exod. 20:4). Ditengah politeism, Israel diperintahkan untuk beribadah pada satu Tuhan yang nyata, secara eksklusif. Ini mendatangkan pergumulan hidup mati melawan sinkritisme dengan agama lain. Ide baru, epithets, dan appraisals ikut bersama, tapi satu identifikasi konstan mengenai Allah sejati tetap ada. Tulisan hukum menuntut ketaatan pada satu Tuhan, para nabi menyatakan itulah iman sejati, dan tulisan hymne menjadi saksinya. Dan sisa yang setia menaatinya.
Pergumulan dengan sinkritisme juga menjadi tetap dalam agama Israel. Pembelaan iman, proklamasi tentang kedaulatan Allah, menjadi elemen penyatu dasar dalam teologi. Prilaku tidak toleran dari orang Ibrani berasal dari klaim mereka bahwa hanya Yahwe saja adalah Tuhan. Iman hanya bertahan melalui penolakan terhadap apa yang asing bagi Yahwism. Itu merupakan proses penghancuran dan pemusnahan, perintah penghakiman dan polemik. Perjanjian Lama menjadi kuburan bagi mitos yang mati dan allah-allah yang diam. Yahwism yang menang dijelaskan melalui pergumulan, karena polemik hanya menunjukan kalau kepercayaan kafir itu tidak bernilai, tapi pertahankanlah iman sejati.
Keragaman dalam Teologi Alkitab
Ditengah kesatuan teologi dalam Perjanjian Lama terdapat element berbeda. Terdapat bentuk teologis berbeda yang melihat tindakan Allah secara berbeda, terutama karena ada pergumulan dengan automaticity.
Bentuk teologi pertama adalah salvation theology. Banyak bagian Alkitab yang menggambarkan Yahwe sebagai Allah penyelamat, gembala, pemimpin, atau penguasa, membentuk materi ini. Bentuk dari teologi ini ditemukan dalam tulisan-tulisan hymne, nubuat, dan histories. Penekanan bentuk teologi ini adlaah iman pada Tuahn yang menyelamatkan dan didirikan atas pengetahuan mengenai tindakan penyelamatanNya dimasa lalu. Tapi Dia menyatakan kekuatan menyelamatkannya dalam cara dan waktu yang berbeda.
Ketidakpercayaan pada Allah yang menyelamatkan, terbukti pada ketidaktaatan akan perintahNya, mendatangkan kotbah penghakiman dari para nabi. Pesan kehancuran dimaksudkan untuk menimbulkan iman sebelum terlambat. Jadi reputasi Tuhan sebagai Tuhan yang menyelamatkan terus dibawa kedalam krisis. Reputasi Tuhan sebagai Tuhan yang menyelamatkan bisa berakhir jika bukan karena nubuat leluhur memperbaharui janji lama. Mereka menyatakan bahwa selain penghukuman atas bangsa Israel, suatu haris penyelamatan spiritual dan fisik akan datang. Terkadang, krisisnya disebabkan oleh mekanisasi. Israel mulai bergantung pada Allah tanpa iman (lihat pertempuran Aphek dalam 1 Samuel 4meletakan Tuhan dalam kotak dalam pertempuran tapi itu ajaib sehingga mereka kehilangan kotak dan perang). Penghukuman harus terjadi untuk membuat orang sadar bahwa Tuhan memang adalah Tuhan yang menyelamatkan, tapi hanya jika orang percaya. Maka dari itu, salah satu bentuk dari teologi adalah yang menyatakan Allah sebagai penyelamat yang kuat bagi mereka yang percaya.
Bentuk teologi kedua adalah cultic theology, sebagian dari wahyu yang berurusan dengan ibadah korban dan semua yang berkaitan dengan hal itu. Siklus yang sama berkembang disini. Teologi kultik asli menyatakan Tuhan sebagai Yang Kudus, yang berdiam di Tempat Kudus, dan yang hanya bisa dijangkau oleh penebusan melalui ritual yang sudah ditentukan. Tapi automaticity dari yang tidak percaya masuk kedalam. Ibadah kosong mengambil alih iman. Jadi reaksi yang besar datang. Para nabi tidak melawan upacara korban itu sendiri, seperti yang dikatakan teolog yang tidak melihat kesatuan. Tapi, mereka menentang ibadah tanpa iman; mereka ingin memperbaharui maksud dan roh dari cultic theology, bukan korban itu sendiri. Ketaatan lebih baik daripada korban; hati yang hancur merupakan korban sejati. Akan datang suatu waktu, saat bait akan dihancurkan dan orang dicerai-beraikan, karena tidak percaya. Kekudusan Tuhan sangat utama dalam teologi ini, dan tanpa iman orang tidak bisa mendekat pada Allah seperti itu.
Bentuk ketiga dari teologi Perjanjian Lama adalah order theology. Disini teks-teks yang menggambarkan Tuhan sebagai pencipta dan penopang langit dan bumi, penjamin hidup, keteraturan, masyarakat, keadilan dan alam. Ini tidak terlalu banyak hadir dalam tulisan mengenai tindakan penyelamatan, atau dalam hukum Imamat, seperti dalam tulisan hikmat. Tapi itu juga berurusan dengan krisis ketidakpercayaan, suatu ketidakpercayaan yang membuat teologi menjadi otomatis, bisa diprediksi. Sistematik dogmatic dari hikmat lama tidak membiarkan Tuhan secara bebas mengatur alam semesta melalui kehendak berdaulatNya. Aturan menetapkan suatu pola sehingga legalism menjadikan hidup bisa diprediksi (Tuhan memberkati orang benar, jadi ketidakhadiran berkat merupakan tanda dosa). Kitab-kitab seperti Ayub dan Pengkhotbah menunjukan kalau Tuhan tidak bisa diikat oleh aturan seperti itu. Iman dalam kedaulatan Allah menjadi tuntutan konstan dari tulisan-tulisan semacam itu.
Ini gambaran singkat dari tiga tema utama tulisan-tulisan dalam Alkitab dari Perjanjian Lama, bagaimana pesan-pesan mereka ditantang oleh agama popular dari kekafiran dan ketidakpercayaan, dan bagaimana teolog mereka menumbuhkan kembali roh iman melalui setiap krisis.
Esensi-esensi Teologi
Ide Eichrodt mengenai pusat Teologi sebagai Tuhan memerintah atas seluruh ciptaan mendatangkan cukup luas untuk dikerjakan disetiap bentuk teologi yang diambil tulisan. Itu memberikan eksegetor teologis muda satu titik awal dalam menformulasikan ide teologis dari setiap kita yang ingin dipelajarinya. Pernyataan itu memiliki tiga bagian penting.
Tuhan. Hal yang kita temui dalam Perjanjian Lama adalah dua subjek konkrete dan hubungannya. Tuhan Israel, disatu sisi, dan Israel, umat dari Yehovah, disisi lain; dan poin ketiga, yang diberikan bagi keduanya, adalah hubungan mereka. Disitu jelas bahwa faktor utama dalam hubungan tersebut adalah Yehovah (The Theology of the Old Testament, p. 13).
Didalam mempelajari Tuhan dalam sebagian tulisan-tulisan Alkitab, kita biasanya melihat nama, dan epithets yang digunakan untuk Tuhan, atribut yang menggambarkanNya, dan karya yang dikerjakanNya. Inilah cara yang Eichrodt gunakan untuk membangun teologi Perjanjian Lamanya, jadi memperhatikan garis besarnya bisa memberikan satu perbaikan terhadap hal yang terlewatkan.
Membuat bagan sangat membantu dalam mempelajari suatu bagian. Pada satu lembar kertas buat ketiga diatas isian mengenai Tuhan (biasanya saat mempelajari Mazmur pekerjaan itu masuk dalam satu halaman). Disamping halaman itu buat kolom Nama dan Deskripsi dan Karya. Kemudian telusuri bagian itu dan perhatikan item dibawah judul ini. Sebuah gambaran mengenai wahyu Allah yang ditekankan dalam bagian ini akan mulai terbuka.
Ciptaan. Seluruh ciptaan tunduk kepada aturan Tuhan dalam Perjanjian Lama. Tapi, dihampir seluruh tulisan, umat manusia menjadi perhatian utama, dan didalam umat manusia keturunan dan hubungannya dengan seluruh dunia membentuk focus perhatian.
Ditengah bagian ketiga dihalaman itu letakan judul Ciptaan; kemudian disamping halaman anda bisa meletakan kategori yang cocok dengan bagian itu: Alam (jika diperlukan), Orang Percaya dan Kafir. Mungkin saja bagian itu hanya berbicara mengenai orang percaya, atau mungkin orang percaya dan yang tidak. Disini anda bisa mencatatnya dalam sub-categories bagaimana mereka digambarkan dalam bagian itu dan bagaimana mereka bertindakapa yang mereka lakukan. Suatu gambaran tentang manusia akan mulai muncul suatu gambaran terlihat dalam hubungannya dengan presentasi dari Tuhan diatas.
Bagian yang sedang dipelajari akan berbicara banyak mengenai orang percaya dalam dunia. Mereka menunjukan cara iman melawan cara kafir; mereka (apakah orang Israel atau bukan) akan berfungsi sejalan dengan iman mereka. Sebaliknya, orang tidak percaya akan mengikuti cara yang salah atau berlawanan. Banyak tulisan yang diberikan mengenai perluasan iman atau menghasilkan keturunan rohani, didalam Israel (reformasi) dan diluar (perintah untuk membawa pesan kepada bangsa-bangsa). Seluruh ciptaan pada suatu saat akan diperhadapkan dengan Tuhan.
Berhati-hatilah. Frasa seperti umatku dan Israel dan yang seperti itu tidak secara langsung dianggap suatu kepercayaan. Didalam satu bagian seperti nubuat kuno, atau mazmur seperti Mazmur 50 yang menggambarkan orang jahatbisa berarti orang Israel, dan mereka mungkin berpikir diri mereka benar, tapi mereka adalah orang tidak percaya dan tidak lebih baik dari orang kafir. Ini sangat penting dalam menafsir dan menerapkan bagian itu. Terlalu sering aplikasi yang salah dibuat karena penafsiran tidak membedakan apakah Tuhan sedang berbicara kepada atau mengenai orang percaya atau yang tidak.
Tuhan Memerintah. Ini merupakan hubungan antar keduanya. Ini dimanifestasikan melalui tindakan Allah dan tanggung jawab umat manusia. Ada dua aspek dari aturan ini: pemerintahan Tuhan yang lalu yang sampai sekarang masih sebagian dan belum lengkap dan masih berkembang, dan pemerintahan Tuhan dimasa depan yang akan dilengkapi dan kekal. Keduanya ada dalam teologi Perjanjian Lama.
Davidson sekali lagi menulis,
Didalam arti lengkapnya kerajaan Allah hanya diawali oleh kedatangan Anak Allah kedalam dunia; dan dalam pengertian ini seluruh hal yang terjadi sebelumnya dianggap sebagai persiapan bagi kerajaan ini, atau membayanginya. Inilah pandangan yang sering disebut dispensasi Perjanjian Lama, suatu bayangan akan yang baru. Tapi ini bukan pandangan yang terjadi sendirinya; kesadaran Israel seperti yang direfleksikan dalam pikiran para nabi adalah itu sudah kerajaan Allah. Keraguan ini hilang dalam pertimbangan mengenai apa kerajaan Allah itu. Itu adalah hubungan manusia dan Allah dan sesama dalam kasih. Dalam arti sempurna hal ini tidak bisa terjadi sampai kedatangan Anak yang didalamNya hubungan ini direalisasikan sepenuhnya.
Pemerintahan Tuhan atas ciptaan, kerajaan pada tahap awal, merupakan tema utama diseluruh Perjanjian Lama. Itu dikembangkan oleh perjanjian dan janji, tapi kurang dari ideal ditempat Perjanjian Lama diam. Harapan utama adalah Tuhan akan berdiam dengan mereka, dan pemerintahannya diantara manusia suatu hari akan sempurna.
Sementara itu penegakan pemerintahan Tuhan dihati manusia terus berlanjut. Sebagian besar bagian Alkitab menyatakan ini dengan caranya masing-masing. Jadi dibawah ketiga kertas pelajaran, anda beri bagian mengenai Pemerintahan Tuhanbagaimana itu ditegakan, dinyatakan, diterima, ditolak --apapun. Pada sisi Tuhan, ada item seperti atribut mengenai anugrah dan keselamatan, tindakan belas kasih dan penyelamatan, dan penegakan hubungan perjanjian. Pada sisi manusia ada kepercayaan, pengakuan, ketaatan, dan ibadah serta proklamasi, atau ketidakpercayaan dan penolakan yang diikuti oleh penghukuman. Persyaratan mengenai umat manusia jatuh dalam dua wilayah: penegakan hubungan perjanjian, dan pemeliharaannya.
Aspek kedua mendatangkan keseluruhan maksud dari penegakan teokrasi Tuhan, persekutuan keturunannya dengan Tuhan yang hidup. Itulah tujuan hidup beriman dimana anugrah Tuhan dinyatakan dalam hati manusia.
Setiap pelajaran mengenai teks harus menggunakan garis besar yang luas ini untuk menegaskan ide teologis fundamental dari penulisnya. Tentu saja, banyak perbaikan dan kualifikasi yang akan ditambahkan, tapi dititik ini berguna untuk pelajaran dimana tema-tema saling berhubungan dengan tulisan Perjanjian Baru, karena walaupun banyak tulisan Perjanjian Baru adalah pemenuhan dari yang Lama, yang Barupun meneruskan janji pemenuhan yang akan datang, dan harapan itu adalah pemerintahan Tuhan atas seluruh ciptaan.
Terakhir, hal harus anda lakukan adalah mengatur materi menjadi presentasi yang berguna. Setelah membuat bagan tema-tema teologis dan ide-idenya, pelajari secara seksama untuk melihat pola yang muncul, hal-hal apa yang diulangi, kontras apa yang dibentuk, dan lainnya. Anda harus mampu menentukan secara cepat dalam mazmur tekanan teologis apa yang ada dalam bagian itu. Ide yang anda kembangkan akan dengan mudah diharmonisasikan dengan bentuk mazmur yang sedang anda pelajari (sebuah mazmur pujian, sebagai contoh, akan berfokus pada sifat Allah yang telah dinyatakan melalui beberapa intervensi hal ini akan membawa anda kepusatnya). Saat anda mendapatkan pusat teologis dari mazmur itu, anda harus bisa menyatakannya dalam suatu pernyataan proposisional teologis yang jelas. Apa yang anda katakana adalah apa yang telah anda pelajari dalam mazmur itu (arti kata, bahasa kiasan, tipe mazmur, bentuk dan fungsi) anda bisa mengatakan bahwa Tuhan sedang berbicara melalui bagian ini ini dan itu. Pernyataan teologis ini akan mirip dengan ringkasan pesan anda dari garis besar, tapi tidak ditulis dalam gaya deskriptif (David prays for victory ) tapi dalam bentuk prinsip teologis (God is able to deliver ). (Lihat dibawah, review mengenai metode dalam melakukan eksegesis dan garis besar eksposisi --tedious tapi sangat penting). Penulisan ide teologis membentuk transisi dari eksegesis ke eksposisi. Atas alasan ini, ini merupakan salah satu tahap paling penting dari keseluruhan proses. Ini membutuhkan pemikiran yang seksama dan analisa, dan sejumlah penulisan kembali pernyataan sampai benar, atau sebaik mungkin disaat itu. Prinsip teologis sebaiknya merupakan big idea--the central thesisdari kotbah anda; tapi untuk kotbah lebih baik sedikit dibentuk agar secara retoris efektif. Walaupun demikian, substansi dari penemuan teologis anda yang menjadi inti dan maksud eksposisi.
Subjek Teologis dari Kitab-kitab Perjanjian Lama
Daftar berikut ini merupakan ide teologis disetipa kitab Perjanjian Lama menurut Waltke, bisa membantu pelajaran anda, dan menunjukan apa maksudnya ide-ide teologis Alkitab bukannya ide-ide teologis sistematis (yang merupakan hasil dari memasukan materi-materi keseluruhan Alkitab kedalam kategori yang lebih luas). Sebagian ditulis sebagai topik; agar lebih membantu, mereka akan dinyatakan dalam kalimat lengkap yang menyatakan maksud teologis dari kitab tersebut.
I. PENTATEUCH (Musa): Pendirian Teokrasi: Allah memerintah atas seluruh ciptaan.
A. KEJADIAN: Asal mula, dibelakang pendirian teokrasi: janji berkat keturunan ditanah itu.
B. KELUARAN: Penebusan keturunan Abraham keluar dari perbudakan dan pemberian suatu konstitusi kepada mereka.
C. IMAMAT: Manual atau peraturan-peraturan yang memampukan Yahwe untuk hidup ditengah-tengah umatnya, menjadikan mereka kudus (cf. Lev. 26:11-12).
D. BILANGAN: Hukum kultik dalam perjalanan diperkemahan: pengaturan militer dan consensus para suku dan membawa tabut: janji berkat tidak bisa dirusak dari dalam atau dari luar.
E. ULANGAN: Perjanjian diperbaharui dalam bentuk nubuat hukum.
II. PARA NABI
A. PARA NABI PENDAHULU:
1. YOSUA: Pemenuhan histories dari janji Yahweh kepada leluhur dan Musa untuk memberi Israel tanah perjanjian melalui perang suci (cf. 1:2-6, 11:23; 21:43).
2. HAKIM-HAKIM: Kegagalan teokrasi dibawah hakim-hakim dan kebutuhan adanya raja.
3. SAMUEL: Penegakan monarki manusia bukannya teokrasi.
4. RAJA-RAJA: Kegagalan teokrasi dibawah monarki: raja-raja Israel dan Judah bisa memerintah yang lain tapi tidak diri mereka sendiri.
B. PARA NABI UTAMA:
1. YESAYA: Tuhan yang kudus tidak mengijinkan kenajisan dalam diri umatNya, dan menghadapinya dengan cara menegur serta memurnikan mereka dan membuat mereka bisa masuk berpartisipasi dalam rencanaNya memperluas pemerintahanNya atas non-Yahudi (awalnya pendisiplinan dibawah non-Yahudi, dan kedua, janji perjanjian yang tidak bisa digagalkan).
2. YEREMIA: Yerusalem akan jatuh jika orang-orangnya tidak bertobat; tapi, pemerintahan Tuhan ditegaskan melalui perjanjian yang baru.
3. YEHEZKIEL: Kejatuhan Yerusalem dan penawanan di Babilonia merupakan cara yang diperlukan bagi kemuliaan Tuhan untuk memperbaiki ketidaktaatan manusia; tapi saatnya akan datang ketika Yehovah akan memperbaharui sisa yang bertobat dari umatnya dan menetapkan mereka kedalam hari kemuliaan teokrasi dimasa yang akan datang dengan bait yang baru (Archer).
C. PARA NABI KECIL:
1. HOSEA: Selain ketidak setiaan Israel, kasih setia Yahweh pasti menang.
2. YOEL: Penghakiman Ilahi akan datang atas Israel dihari Yahweh.
3. AMOS: Yahweh setia pada perjanjian dan hukumNya.
4. YUNUS: Walau Israel merupakan pelayan yang tidak efektif dan sering didisiplin, Yahwe yang berdaulat menyatakan keselamatan kepada non-Yahudi melalui pembawa pesan nubuatNya.
5. OBAJA: Yahweh akan membalaskan bagi Israel terhadap Edom.
6. MIKAH: Hasil dari iman yang menyelamatkan adalah pembaharuan social dan kehidupan yang kudus didasarkan pada kebenaran dan kedaulatan Allah.
7. NAHUM: Nineveh akan jatuh karena kekejaman dan kebejatannya dan karena Yahwe maha kuasa.
8. HABAKKUK: Hidup benar melalui iman dihadapan kesulitan yang kelihatannya menghalangi janji Tuhan.
9. ZEFANIA: Yahweh mengontrol seluruh dunia walau tanpaknya berlawanan, dan dia akan membuktikannya dimasa yang akan datang diHari Yahwe didalamnya penghukuman atas semua yang tidak taat menjadi jelas.
10. HAGAI: Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya dan semua ini akan ditambahkanNya kepadamu
11. ZAKARIA: Penglihatan dan nubuat mengenai pemurnian Israel serta pemulihannya sebagai imamat rajani dimasa yang akan datang.
12. MALEAKHI: Yahweh akan datang dengan cepat dengan api dan upah untuk memurnikan teokrasinya.
III. HAGIOGRAPHA:
A. MAZMUR: Pemazmur memperlihatkan Yahwe sebagai raja alam semesta yang menegakan pemerintahannya atas bumi melalui umatnya; mereka berdoa agar itu terjadi dan memuji serta percaya pada Yahwe (McDaniel).
B. AYUB: Orang yang menderita harus belajar hidup dalam iman pada pencipta dan pemerintah alam semesta yang berdaulat.
C. AMSAL: Sekumpulan maksim diberikan kepada pelajar mengenai keahlian hidup benar dan produktif.
D. RUT: Yahweh secara berdaulat, tapi secara tersembunyi, mempengaruhi kelahiran rajanya.
E. KIDUNG AGUNG: Suatu perayaan dalam lagu sukacita persatuan dua jenis manusia dalam pernikahan.
F. PENGKHOTBAH: Selain kesia-siaan yang terlihat dalam keberadaan manusia, dia akan hidup dalam percaya pada Allah yang berdaulat, baik, dan adil.
G. RATAPAN: Suatu lagu ratapan kehancuran Yerusalem dengan harapan akan masa depan yang didasarkan pada kesetiaan Tuhan.
H. ESTER: Sebuah ilustrasi keturunan fisik dari Abraham tapi bukan keturunan rohani.
I. DANIEL: Sebuah gambaran sejarah Israel dibawah kekuatan non Yahudi sampai dimasa kerajaan.
J. EZRA-NEHEMIA: Sebuah cerita mengenai penegakan teokrasi selama penindasan non Yahudi.
K. TAWARIK: Sejarah Israel didisain untuk membangkitkan dukungan teokrasi selama penindasan non Yahudi.
Contoh:
Teologi Alkitab Kitab Yunus
Ide Teologis Yunus
Tuhan. Walaupun kitab ini membawa nama nabi dan menuliskan aktifitasnya, Tuhan adalah karakter utama dalam kitab ini, Dia yang menggiring peristiwa kepada akhir yang dimaksud. YHWH dan elohim menjadi sebutan utama Tuhan dalam kitab ini; tapi penggunaan sebutan kedua menunjukan kontras dengan allah orang kafir, deskripsi itu menggunakan kata yang sama. Yahwe menunjukan Dirinya adalah Tuhan.
Atribut Tuhan yang direfleksikan dalam kitab ini sangat banyak. Perkataan Yunus dalam 4:2 menyatakan kalau Dia itu murah hati, belas kasih, sabar, sangat kasih, dan enggan menghancurkan. Ini merupakan alasan Yunus kaburdia tahu karena semua itu Tuhan akan berbelas kasih. Belas kasih itu, hus (pronounced khoos), menjadi atribut Allah utama dalam kitab ini yang membentuk objek pelajaran dalam pasal 4, pesan dari Yahwe melalui Yunus. Hal ini menyatukan ide sebelumnya mengenai belas kasih Yahwe terhadap Yunus dan para pelaut. Faktanya, pernyataan bahwa keselamatan adalah dari Yahwe (2:10) dijelaskan oleh hal ini.
Karya dari Yahwe yang berasal dari atribut-atribut ini sangat banyak. Hal pertama yang kita perhatikan adalah wahyu Tuhan. Hal ini dilakukan dua kali melalui komunikasi langsung kepada sang nabi dalam pengutusan (1:1 and 3:1), melalui pembuangan undi (1:8), dan melalui keadaan badai serta pelajaran dari pasal 4. Faktanya, perkataan Tuhan kepada Yunus adalah suatu panggilan pelayanan dan janji dimasa yang akan datang berbicara melalui dia (3:1). Saat sang nabi enggan untuk taat, perkataan Tuhan kepadanya berupa teguran (4:4 and 4:9). Saat Tuhan berbicara kepada ikan (2:11) tidak menemui kesulitan yang sama.
Wilayah kedua dari tindakan Tuhan dinyatakan dalam kitab itu menunjukan kedaulatanNya atas seluruh ciptaan. Dia memberikan badai (1:4) dan menakutkan semua. Dia mengontrol pengundian (1:8) sehinggan Yunus ketahuan. Dia dikenal sebagai Allah yang empunya langit (1:9) yang menciptakan laut dan daratan. Gelombang dan ombak dibawah kekuasaanNya (2:4). Dia mempersiapkan ikan untuk melakukan kehendakNya (2:1), pohon untuk bernaung (4:6), ulat penghancur (4:7), dan angin membuai dari timur (4:8). Semua dibawah kekuasaanNya. Berurusan dengan orang kafir lebih mudah daripada berurusan dengan Yunus, karena Dia menjawab doa mereka dan menyelamatkan mereka dari kematian. Tapi melalui Yunus menjadi jelas kalau Tuhan menghukum yang ketidak taatan (1:10ff), karena dia membuang Yunus kekedalaman (2:4). PenghukumanNya juga jatuh atas Nineveh (3:4) jika mereka tidak berbalik dari kejahatannya. Penghukuman atas mereka itu merupakan manifestasi murka Allah (3:9). Penghukuman atas Yunus adalah sebuah disiplin dan bukti belas kasihNya (4:9).
Belas kasih Allah dinyatakan melalui penyelamatan para pelaut, Yunus, dan orang Asiriah, dan Yunus dari permohonannya. Pengiriman pesan penghukuman merupakan tindakan belas kasih, karena Tuhan dan Yunus tahu kalau mereka mendengar dan bertobat, Tuhan akan berbalik dari murkaNya (3:9, 10). Maka dari itu, gambaran Tuhan, yang muncul dari kitab ini, adalah Tuhan yang berdaulat atas seluruh ciptaan menyebarkan anugrah kepada mereka yang mau bertobat dan berbalik dari jalannya yang salah. Sub-plot yang terdapat diseluruh tema teologis ini adalah Yunus juga perlu belajar belas kasih yang sama.
Umat Manusia. Banyak hal yang bisa dipelajari mengenai umat manusia dari kitab ini, tapi disini kita perlu membuat perbedaan antara umat manusia pada umumnya dan Yunus secara spesifik sebagai nabi Tuhan. Kitab ini merefleksikan pengakuan kalau manusia itu hebat dan mampu membuat kota besar (3:3). Tapi terikat pada jalannya yang salah kepada kejahatan dan kehancuran (1:2; 3:8). Ditangan Tuhan manusia itu lemah dan rapuh (2:3; 3:8ff). Kerapuhannya terlihat dalam ketakutan (1:5; 1:10) dan pertobatan atas peringatan (3:8). Umat manusia juga sangat religius, karena dia berdoa kepada allah (1:5), membuang undi (1:7), peduli terhadap jiwa yang tidak bersalah (1:14), dan memuja berhala (2:9). Seluruh kegiatan religiusnya sia-sia karena secara rohani dia tidak peduli (4:11) sampai berhadapan dengan Tuhan yang benar dan hidup.
Keinginan umat manusia dalam kitab ini menunjukan prioritasnya. Dia menilai hidup sangat tinggi dan tidak ingin binasa (1:6, 3:9). Dia berdoa agar tidak binasa (1:14; 4:4-9). Dia berusaha mempertahankan hidup yang lain (1:13, 14).
Ironisnya, Yunus terlihat berlawanan dalam drama dikitab ini. Dia tidak menaati perkataan Yahweh (1:2) dan berkeras (1:5). Dia ingin mati (1:13) dan sebenarnya berdoa agar dia bisa mati (4:2ff). Dia marah melihat Tuhan tidak jadi memurkai saat orang Asiria bertobat (4:a). Dia mengklaim takut akan Tuhan (1:9), tapi faktanya dia menulis kitab ini untuk dibaca bangsa itu yang menunjukan dia berbalik dari janjinya.
Hubungan Tuhan dan Manusia. Belas kasih Allah menjelaskan drama itu yang mendahului pelajaran dimana kata itu pertama kali digunakan; maka dari itu, penegakan hubungan perjanjian antara Tuhan dan manusia dalam kitab ini adalah karya Tuhan. Bagian Tuhan, langkah-langkah menegakan pemerintahan ini adalah: pernyataan agar pesan penghukuman disampaikan (1:2, 3:1), menunjukan belas kasih kepada para pelaut (1:6), perluasan khesed kepada mereka yang adalah milikNya (2:9), berbalik tidak jadi menghukum (3:9) sehingga mereka tidak binasa. Melalui pola yang muncul ini, pelajaran puncaknya tidak hanya menegur prilaku Yunus tapi juga menjelaskan maksud Tuhan. Dia punya belas kasih bagi orang jahat.
Manusia, bagian mereka, harus merespon perkataan dan karya Yahweh. Ditengah badai dimana kematian bisa dipastikan, atau dalam penantian penghukuman dimana kematian juga bisa dipastikan, mereka berdoa (1:14; 3:8-9). Bahkan Yunus dalam kepastian kematian dalam perut ikan dia berdoa (2:2). Ini merupakan suatu pengakuan kalau keselamatan dari kematian hanya datang dari Yahwe semata.
Bagi para pelaut, respon lanjutan terhadap perlakuan Tuhan terjadi setelah badai ditenangkan. Pernyataan luar biasa akan kehendak Allah diantisipasi oleh mereka (1:16), dan saat itu terjadi mereka takut akan Yahweh. Korban dan sumpah mereka (1:16) bisa ditafsirkan sebagai ibadah atau hal gaib dalam sebuah budaya kafir, tapi dalam kitab ini mencerminkan suatu kemurnian ingin berbalik kepada Tuhan. Sumpah berikut yang terdapat dalam kitab ini adalah dari Yunus (2:10). Jadi respon terhadap keselamatan adalah ibadah.
Bagi orang Asiria, proses ini sedikit berbeda. Doa bagi keselamatan mereka adalah doa kepada Allah untuk tidak menghukum. Maka dari itu, pertobatan dari hidup yang berdosa adalah sebuah keharusan (3:10). Berpuasa, merobek pakaian, dan berbalik dari kejahatan, semuanya mencerminkan sebuah kesungguhan takut terhadap perkataan Tuhan. Maka dari itu, takut menjadi motif menonjol dalam kitab inibaik para pelaut dan orang Asiria takut terhadap Yahweh, dimana Yunus hanya mengklaim takut akan Dia.
Titik balik bagi para pelaut berasal dari fakta bahwa mereka percaya (hiphil dari aman dalam 3:5 memiliki ide melihat kata yang diberitakan bisa dipercaya dan diandalkan). Kepercayaan adalah murni saat berbalik bertobat dan takut seperti terlihat dalam tindakan mereka. Maka dari itu, Tuhan tidak jadi murka atas mereka.
Kita bisa berkata, saat umat manusia merespon tindakan dan perkataan Tuhan melalui iman, dan berbalik dari berhala kafir untuk taat beribadah dan takut akan Dia, Tuhan akan menyelamatkan mereka dari kematian yang mendekat. Semia ini dimungkinkan karena belas kasihNya. Yunus berusaha menghalangi belas kasih Tuhan, sehingga Tuhan membawa dia kesatu kesadaran tentang apa yang dia lakukan dengan menyingkirkan dia, Yunus, dari objek belas kasihnya.
Struktur Tulisan Kitab Yunus
Dalam mempelajari kitab ini kita harus melihat unit tulisannya melalui analisa komposisi dan membandingkan unit yang mirip untuk pengaturan strukturalnya. Saat menghubungkan bagian-bagian kepada keseluruhan, kita harus berusaha membedakan bentuk tulisan yang digunakan oleh penulis untuk menunjukan pesannya. Dalam proses itu, jangan salah gunakan konsep genre tulisan. Genre tulisan adalah suatu klasifikasi karya yang didasarkan pada bentuk luar (specific meter and structure) dan juga bentuk dalam (attitude, tone, purpose--sederhananya, subjek dan audience). Analisa genre tidak selalu membantu.
Sebagai contoh, Leslie Allen dalam tafsirannya mengelompokan Yunus sebagai sebuah perumpamaan. Hal ini tidak hanya tidak membantu, tapi tidak benar. Sebuah perumpamaan adalah suatu simile diperluas (e.g., The kingdom of heaven is like dan kemudian cerita akan berlanjut). Hal terbaik yang bisa dikatakan mengenai Yunus adalah sebuah narasi didaktik mengenai kehidupan sang nabi.
Hal lanjutan bisa diperoleh melalui mempelajari struktur kitab dari perspektif gaya Ibrani, i.e., repetisi. Observasi berikut ini dibuat untuk bisa melihat bagaimana struktur memperluas teologi.
1. Kita akan melihat struktur seimbang dari kita untuk melihat parallelism:
The word of Yahweh came to Jonah--Jonah 1:1, 3:1. Pasal satu menunjukan ketidak taatan; pasal tiga ketaatan. Setengah awal kelihatannya mengilustrasikan setengah berikutnya dari kitab ini: pesan bahwa salvation out of certain death is of Yahweh pertama kali dialami oleh sang nabi dan kemudian kepada orang Asiria.
Landes, dalam tulisannya The Kerygma of the Book of Jonah, menunjukan bagaimana mazmur cocok dalam dua sisi struktur simetrikal:
1:17 fokus berpindah ke Yunus 4:1-11 fokus berpindah ke Yunus
2:10 Yunus diselamatkan 4:1 Yunus marah karena Niniwe diselamatkan
2:1 Yunus berdoa 4:2a Yunus berdoa
2:2-6a Dia merujuk balik kepadanya 4:2a Dia merujuk balik kepada
situasi menekan di Palestina
dikedalaman
2:6b-7 Dia berseru pada Tuhan 4:2a Dia menarik keputusan terhadap pikiran bahwa Tuhan yang berbelas kasih bisa menyelamatkan Niniwe: dia harus kabur ke Tarshish
2:8 Dia mencapai pengertian 4:2b Dia menyerukan belas kasih Tuhan yang membawa keselamatan
dari keselamatannya:
penyembah berhala mengabaikan
Dia yang mengasihi mereka
2:9 Respon Yunus terhadap 4:3 Respon Yunus terhadap Yahweh: permintaan agar mati
Yahweh: ibadah dengan
Korban dan sumpah
2:10 Respon Yahweh terhadap 4:11 Respon Yahweh terhadap Yunus: dia bertindak sehingga
Yunus: dia bertindak sehingga nabi itu bisa berespon dengan benar terhadap
Nabi itu mendapatkan misi ilahi (telah selesai).
Berespon dengan benar terhadap
misi (masih harus
diselesaikan)
2. Kita juga harus memperhatikan penekanan kuat dalam kitab ini atas aktifitas Tuhan dalam membuat pelayannya menjadi pembawa pesan belas kasih dari Tuhan yang berbelas kasih. Tuhan secara literal (dan berdaulat) menggerakan langit dan bumi berkaitan dengan mujizat: dia mempersiapkan (menggerakan) badai, memilih ikan, memerintah ikan, mempersiapkan pohon, mendatangkan ulat, dan memanggil angin timur semua karena nabi keras kepala ini.
3. Kita juga melihat talionic (eye for eye, tooth for tooth) keadilan bagi Niniwe. Bencana ( ra ) diberitahukan pada mereka dalam istilah kejahatan yang sedang mereka lakukan ( ra) yang telah sampai kepada Tuhan. Saat Yunus memberitakan pesan itu, rencana Tuhan itu tidak dilakukan, tapi tetap jahat ( raa ) baginya.
Mereka percaya ( aman ) terhadap pesan Tuhan dan berbalik ( shub) dari kejahatan mereka. Tuhan melihat pertobatan mereka, dan Dia relented/repented/undur ( nakham ) atas kehancuran/kejahatan ( ra ) yang dikatakan ingin dilakukanNya, berbalik ( shub) dari murkanya (kharon) dan menyelamatkan mereka dari kepastian kematian. Ironi dari kitab ini terlihat dalam fakta bahwa Yunus menjadi marah ( kharah) atas apa yang menurut dia sebuah hal yang jahat. Singkatnya, pembawa pesan Tuhan tidak memiliki belas kasihan yang sama seperti Tuhannya.
4. Dalam menjabarkan cerita ini, emosinya tinggi: takut, sukacita, dan kemarahan sangat banyak ditunjukan oleh karakter prinsip (perhatikan adverbial accusatives). Alas, atau terlebih lagi Oh! diulangi: sekali digunakan oleh para pelaut yang akan mati dan tidak mau mati, dan sekali oleh Yunus yang ingin mati.
Ekspresi lest we perish digunakan dua kali: sekali oleh para pelaut yang sangat ketakutan, dan sekali oleh orang Assiria yang percaya dan berharap diselamatkan dari kematian. Tapi Yunus tidak sensitive terhadap seruan mereka: dalam ucapan pertama dia tertidur, dan yang kedua dia marah. Faktanya, pergumulan hidup mati dibawa diseluruh kitab ini: dua kali Yunus ingin matisekali untuk para pelaut, dan sekali karena orang Asiria. Tidak seorangpun ingin mati kecuali Yunus, dan dia ingin mati karena orang Asiria tidak mati.
5. Kita memperhatikan doa-doa yang ada dalam kitab ini. Kata kerja palal, shaal, qara, dan shiwwa semua digunakan. Para pelaut, Yunus, orang Asiria, dan sekali lagi Yunus, semua berdoa. Ketiga doa pertama adalah untuk keselamatan dari kematian, dan semuanya terjawab; doa terakhir untuk kematian, dan tidak terjawab.
6. Kita telah melihat bahwa Tuhan ingin menyelamatkan orang dari kematian. Pelajaran utama mengikat seluruh pesan: khus, memiliki belas kasih, adalah kata kunci (ini jelas harus dipelajari dalam setiap eksposisi kitab ini). Arti memiliki belas kasih dalam pengertian menyelamatkan hidup. Hasilnya dalam keselamatan dari kehancuran. Penghakiman dihindarkan karena khus saat Tuhan mundur dari rencana penghukumanNya. Anugrah dan belas kasih sedang bekerja dalam mendatangkan keselamatan, tapi mereka dipaksa melalui diselamatkan karena belas kasih.
Dengan ini, dan observasi lain atas kitab ini, kita bisa melihat bagaimana struktur itu menambah pesan.
Tujuan Kitab Yunus
Langkah berikut dalam menentukan inti teologi dari kitab ini adalah menentukan prilaku penulis, pembaca kitab, dan argumennya. Mengenai prilaku penulis, yang kita asumsikan Yunus, harus dikatakan kalau dia bergerak karena belas kasihan Tuhan terhadap orang Asiria. Kitab ini diam dengan teguran Yahwe, dan sebenarnya tidak mengatakan kalau Yunus tergerak oleh belas kasih. Tapi, fakta bahwa Yunus menuliskan seluruh peristiwa dalam kitab ini, peristiwa yang memalukan bagi dirinya, sangat menunjukan kalau dia akhirnya tergerak oleh belas kasih. Tuhan, jika bisa kita katakana demikian, merupakan pahlawan dalam kitab inidia yang menentukan. Diamnya Yunus berbicara mengenai penerimaannya.
Pembaca kitab ini adalah orang Israel, orang yang dia nubuatkan. Para nabi di Israel dan Judah menulis dengan tujuan mengajarkan satu jalur tindakan. Banyak peristiwa aneh dalam kehidupan para nabi yang merupakan paradigma bagi orang-orang (terutama lihat Hosea, Yesaya). Kita tahu kalau Israel dimasa Yunus tidak taat padaNya. Faktanya, kita bisa katakana Israel sedang dalam disiplin ilahi (menurut kitab Raja-raja Yunus bernubuat ditahun 750s; kerajaan Israel makmur dan memuaskan diri sendiri). Musuh mereka, dan sumber disiplin mereka, berasal dari kerajaan Asiria. Prilaku Yunus lebih seperti prilaku bangsa Israel.
Tapi prilaku ini berlawanan dengan ajaran Tuhan bagi bangsa itu. Menurut Keluaran 19 dan Ulangan 20, mereka adalah imamat rajani yang mewakili Yahweh kepada bangsa-bangsa. Saat mereka menutup diri, mereka tidak taat dalam beberapa hal. Jika mereka menaati pesan keselamatan Yahweh kepada bangsa itu, mereka tidak perlu membagi belas kasihNya. Jika mereka membagi belas kasih itu, mereka akan menyadari kembali kalau mereka ada karena anugrah dan belas kasihNya, karena Dia yang telah menyelamatkan mereka dan membuat mereka beribadah padaNya.
Argumen dari kitab ini, berkaitan dengan keselamatan dari kematian yang pasti bagi non Yahudi, karena Yahweh adalah Tuhan yang belas kasih.
Teologi Kitab Yunus
Pernyataan teologis yang harus dibuat tapi juga ditekankan, adalah walaupun Israel adalah pelayan yang tidak efektif dan sering dibawah disiplin, Yahweh yang berdaulat memperluas belas kasih kepada non Yahudi melalui pembawa pesan nubuat yang enggan. Hal yang membuat ketegangan begitu kuat dalam drama ini adalah non Yahudi ini adalah musuh yang dibenci, dan Yunus tidak ingin belas kasih Tuhan ditunjukan atas mereka.
Korelasi dengan Perjanjian Baru
Kapanpun ide teologis seperti ini diekspresikan, langkah berikut adalah menentukan hubungannya dengan Perjanjian Baru. Kita harus mewaspadai perubahan utama antar perjanjian, tapi seperti ini, i.e., bahwa belas kasihan Tuhan menuntun Dia untuk menyatakan keselamatan bagi non Yahudi, tidak begitu sulit menghubungkannya dengan dunia sekarang. Fakta keselamatan itu sendiri bersifat insidental bagi tujuan kitab ini, karena tujuannya berkaitan dengan mengubah umat Tuhan menjadi orang-orang yang memiliki belas kasih pada orang jahat yang secara rohani tidak peduli.
Pelajaran bagi Yunus adalah, juga menjadi pelajaran bagi kita dimasa kini: kita harus memiliki belas kasih bagi mereka yang akan binasa, tidak peduli seberapa jahat mereka. Bahayanya adalah umat Tuhan terlalu sering mengarahkan belas kasih pada hal-hal yang memiliki nilai bagi mereka (seperi Yunus terhadap pohon tempat dia berteduh). Kita juga memiliki belas kasih bagi hal-hal seperti itu (lading yang sekarat, pohon berteduh, alat rusak yang kita hargai) yang remeh, dan tidak sensitive terhadap mereka yang akan binasa. Ini juga terjadi dalam usaha penginjilan, kita berusaha menjangkau individu yang menurut kita bisa menguntungkan gereja. Sisanya, kita anggap neraka tidak cukup panas bagi mereka, kecuali kita memang tidak peduli.
Pikiran ini terlihat kejam, tapi bagi Yunus teguran Tuhan atas belas kasih yang salah arah juga sama kejamnya. Dia bahkan tidak perduli jika binatang-binatang juga dihancurkan. Teguran itu adalah bagi dia, dan Israel yang memiliki prilakunya, dan juga terhadap kita. Tuhan adalah Tuhan yang berbelas kasih, dan kita tidak menentukan siapa yang menerima belas kasihNya. Kita harus membawa pesan itu kesemua yang mau mendengar, dan bersukacita atas iman mereka saat mendengar perkataan ini.
Ini adalah beberapa ide untuk mengilustrasikan bagaimana kita bisa mulai menjembatani jurang antara analisan eksegesis dan presentasi homiletik.
Penggunaan Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru
Pendahuluan
Anda tidak bisa melakukan Teologi Alkitab dan tetap dalam materi Perjanjian Lamasetidaknya sebagai orang Kristen dalam melakukan teologi, untuk menemukan pernyataan terakhir dan pemenuhan Perjanjian Lama dalam Kristus Yesus. Jadi setiap karya eksegetis yang anda lakukan perlu menunjukan dimana pesan anda digunakan dalam Perjanjian Baru, dan bagaimana aplikasi itu bisa mempengaruhi pandangan anda akan teks asli.
Sudah jelas kalau Alkitab Ibrani dilihat sebagai pewahyuan Tuhan melalui Yesus, para rasul, juru tulis, dan orang Farisi. Sebuah pelajaran mengenai istilah biasa digunakan dalam mengutip Kitab Suci juga menunjukan kalau adanya persetujuan atas kitab mana yang masuk dalam kanon (orang Samaria dan Saduki membatasi kanonisitas hanya pada Taurat).
Tapi survey kita mengenai penyalinan dan penerjemahan Alkitab juga menunjukan kalau dimasa Injil (sekitar 50 B.C. sampai 150 A.D.) ada serangkaian kitab gulungan kitab Ibrani berbeda, terjemahan Yunani berbeda, sebagian karya awal dalam bahasa lain, ditambah Samaritan Pentateuch dan Aramaic Targum. Jadi salinan Alkitab mana yang mereka gunakan? Mereka tahu kalau Perjanjian Lama adalah perkataan kekal Allah, dan berbicara kepada mereka seperti kepada pembaca aslinya; mereka tahu kalau prinsip janji dan penggenapannya menggaris bawahi arti Alkitab, karena Allah selalu menggenapi perkataanNya dan setiap penggenapan merujuk pada janji yang lebih besar. Banyak penggunaan Alkitab dalam beragam tingkatan literal, dan penggunaan itu harus kita mengerti untuk mengetahui bagaimana menafsirkan Perjanjian Lama untuk masa kini.
Suatu masalah utama muncul dalam pemikiran kita saat kita mulai berbicara mengenai kutipan dari Perjanjian Lama dalam PB, karena konsep kutipan langsung tidak bisa dilakukan. Mereka adalah Kitab Suci untuk menunjukan penggenapan atau menegaskan yang baru tapi ajaran yang berkaitan; tapi mereka kadang mencapainya pada arti literal dan denotasi aslinya. Faktanya, sekali teks diubah ke Yunani atau Aramik, sedikit perubahan arti dikenalkan (berkaitan dengan perubahan dalam konteks). Petrus menyatakan Be holy, because I the LORD your God am holy dari Imamat, terlihat seperti word perfect, tapi arti kata Yunaninya hanya mendekati arti kata Ibraninya, ini yang terdekat. Tapi arti menjadi kudus bagi orang Ibrani agak berbeda dari arti menjadi kudus orang Kristen. Mereka memiliki aturan puasa dan ritual pemurnian dan pembatasan atas pakaian dan pertanian semua sangat berbeda, tapi dalam jangkauan teologi kekudusan yang berkembang dalam wahyu Tuhan.
Maka dari itu, kita perlu berpikir dalam istilah progresif dalam Alkitab, melihat bagaimana Tuhan memajukan ide dan motif PL. Kita perlu berpikir bagaimana mereka menggunakan Perjanjian Lama dengan beragam hubungannya. Seperti yang telah anda ketahui dari membaca catatan eksegetis saya puas dengan tiga kategori umum untuk menggambarkan hubungannya; Saya telah memperkenalkannya dalam pembahasan mazmur kerajaan, tapi akan saya ilustrasikan lebih luas disini. Anda perlu memikirkan seluruh subjek ini bagi kepuasan anda, karena berkaitan dengan eksegesis, kritik tekstual, dan prosedur pengaplikasian. Berusaha memaksakan arti Perjanjian Baru kedalam bagian Perjanjian Lama, tidak hanya mengabaikan tata bahasa, sejarah, eksegesis tekstual yang kita ikuti, tapi juga menyederhanakan masalah bagaimanan penulis sesudahnya menggunakan Alkitab Ibrani.
Kategori I: Nubuat Langsung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar